SKRIPSI
FAKTOR–FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN PASIEN TENTANG PELAYANAN DI PUSKESMAS BOAWAE
KECAMATAN BOAWAE KABUPATEN NAGEKEO
MARIA
IMELDA BEKU
09.1101.548
PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2013
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
SKRIPSI
Yang
bertanda tangan dibawah ini
Nama : Maria Imelda Beku
NIM : 09.1101.548
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia Timur
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya
tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar,
September 2013
Yang menyatakan,
Maria Imelda Beku
ABSTRAK
Maria
Imelda Beku , “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepuasan pasien tentang pelayanan di Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae
Kabupaten Nagekeo” ( Di bimbing oleh Harliani dan Adi Hermawan ).
Kepuasan pasien
adalah perasaan senang atau kecewa seorang pasien sebagai hasil dari
perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang diharapkannya.
Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti sikap petugas
kesehatan dan fasilitas/sarana. Kedua faktor ini sangat berpengaruh terhadap
kepuasan pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara sikap petugas kesehatan dan fasilitas/sarana dengan
kepuasan pasien. Desain
penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik deskriptif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional
study. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 responden. Data yang
didapat di lapangan diproses, kemudian disajikan dalam bentuk tabel tabulasi
dengan uji Chi-Square dengan nilai kemaknaan α ≤
0,05. Untuk sikap petugas kesehatan didapatkan nilai α = 0,05, nilai α ≤ 0,05
berarti ada hubungan antara sikap petugas kesehatan dengan kepuasan pasien.
Untuk fasilitas/sarana didapatkan nilai α = 0,125, nilai α > 0,05 berarti tidak
ada hubungan antara fasilitas/sarana dengan kepuasan pasien.
Kata kunci : Kepuasan Pasien
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien
tentang pelayanan di Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo”.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu bentuk tanggung
jawab terhadap tridarma Perguruan Tinggi dan merupakan salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia Timur Makassar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
tidak lepas dari bantuan pihak-pihak yang telah berbaik hati memberikan arahan,
bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini (terutama
untuk Ayahku tercinta Hironimus Nuwa dan almarhumah Ibuku tersayang Martha Buan
yang tidak pernah henti-hentinya memberikan dukungan dan doa serta material
yang tak terhitung banyaknya), oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. H. Baso Ammang
S.E., M.Si selaku Rektor Universitas Indonesia Timur Makassar.
2.
Bapak H. Haruna MA.,M.BA M.M
selaku ketua Yayasan Universitas Indonesia Timur Makassar.
3.
Bapak H. Moh. Basri, S.KM.,
M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Timur
Makassar.
4.
Ibu Harliani S.Kp,M.Kes selaku
pembimbing 1 yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi ini.
5.
Bapak Adi Hermawan, S.Kep,Ns
selaku pembimbing 2 yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada
penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
6.
Bapak Ashar Prima S.Kep,Ns
selaku penguji 1 yang telah banyak memberikan kritikan dan masukan yang
sifatnya membangun kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
7.
Ibu Hj. Suhartati,SH,MH selaku
penguji 2 yang telah banyak memberikan kritikan dan masukan yang sifatnya
membangun kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
8.
Seluruh dosen pengajar dan tim
staf Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia Timur Makassar yang telah
memberikan pelayanan yang baik dan ilmu yang sangat berguna.
9.
Bapak Timoteus Liko selaku
Kepala Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo.
10. Bapak Ali Donatus, S.Sos selaku Kepala Kantor Kesatuan Bangsa,
Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Nagekeo.
11.
Bapak Darius Angi selaku Kepala
Bidang PSDK Kabupaten Nagekeo.
12.
Bapak Fransiskus Rute selaku
Sekretaris Camat Boawae.
13.
Responden
yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
14. Keluarga saya yang telah banyak memberikan bantuan baik secara moral
dan material yang tak terhitung harganya.
15. Teman setiaku ( Kanisius Nua ) yang selalu membantu dan
memberikan support sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
16. Teman-temanku ( Nurlina, Asma, Cepyn, Laura ) yang telah banyak
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, semoga segala kebaikan, dukungan dan doa
yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi masyarakat maupun Fakultas
Keperawatan Universitas Indonesia Timur Makassar.
Makassar,
September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………..……………...…………………………………….i
Lembar Persetujuan……………………....…………………………………...ii
Lembar Pengesahan…………………..………………………………………iii
Pernyataan Keaslian Skripsi…………………………….…………………..iv
Abstrak…………………………………………………………………………...v
Kata Pengantar…………………………………………………………………vi
Daftar Isi…...………………………………………....…………………………ix
Daftar Tabel……………………………………………………………….…...xii
Daftar Lampiran………………………..…………………………………..…xiii
BAB 1: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………..5
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………5
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas………………………………………………7
2. Tujuan Puskesmas…………………………………………………...8
3. Fungsi Puskesmas…………………………………………………...9
4. Kedudukan Puskesmas…………………………………………….10
5. Visi dan Misi………………………………………………………....11
B. Tinjauan Umum tentang Petugas Kesehatan
1. Dokter……………………………………………………...…………12
2. Bidan…………………………………………………………...…….13
3. Perawat…………………………………………………………...….14
C. Tinjauan Umum tentang Kepuasan
1. Defenisi Kepuasan……………………………………………...…..15
2. Kepuasan Pasien…………………………………………………...16
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kepuasan Pasien…..19
D. Kerangka Konsep dan Definisi Operasional
1. Kerangka Konsep……………………………………………….…..29
2. Defenisi Operasional……………………………………………….30
E. Hipotesis…………………………………………………………..…….31
BAB 3: METODE PENELITIAN
A. Rancangan / Desain Penelitian………………………………………33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………….……33
C. Populasi dan Sampel………………………………………………….34
D. Instrument Pengumpulan Data…………………………………….....34
E. Pengelolaan Data………………………………………………………35
F. Analisa Data…………………………………………………………….35
G. Etika Penelitian……………………………………………………..….36
BAB 4: HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………………………………………………...37
B. Pembahasan……………………………………………………………44
C. Keterbatasan Penelitian……………………………………………….47
BAB 5: PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………..………………48
B. Saran………………………………………………………………….…48
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..49
DAFTAR TABEL
Tabel I Data
demografi berdasarkan jenis kelamin…………………37
Tabel II Data demografi
berdasarkan umur…………………….…….38
Tabel III Data
demografi berdasarkan pendidikan……………………38
Tabel IV Data demografi
berdasarkan pekerjaan……………………..39
Tabel V Analisa
univariat berdasarkan kepuasan pasien……….…..40
Tabel VI Analisa
univariat berdasarkan sikap petugas kesehatan….40
Tabel VII Analisa
univariat berdasarkan fasilitas/sarana…………...…41
Tabel VIII Analisa bivariat berdasarkan hubungan sikap petugas kesehatan
dengan kepuasan pasien………………………...42
Tabel IX Analisa bivariat berdasarkan hubungan fasilitas/sarana
dengan kepuasan pasien……………………………….…….43
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar permohonan
menjadi responden
Lampiran 2 : Lembar persetujuan
menjadi responden
Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 : Master Data Tabulasi
Kuesioner
Lampiran 5 : Hasil Analisis SPSS
Lampiran 6 : Surat Keputusan
Wakil Rektor Bidang Akademik
Universitas
Indonesia Timur
Lampiran 7 : Surat Keterangan
Izin Penelitian
Lampiran 8 : Surat Keterangan
Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan
Kabupaten
Nagekeo
Lampiran 9 : Surat Keterangan selesai
penelitian dari Puskesmas
Boawae
Lampiran 10 : Surat Keterangan
selesai penelitian dari Camat Boawae
Lampiran 11 : Surat Keterangan selesai
penelitian dari Kesatuan
Bangsa,
Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten
Nagekeo
Lampiran 12 : Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem
Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya mencapai derajat kesehatan yang
optimal sebagai perwujudan kesejahteran umum seperti dalam Undang-Undang Dasar
1945 (Effendy.N. 1995).
Upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia perlu dilakukan secara baik, terarah
dan terencana sehingga dapat bersaing secara sehat, khususnya sumber daya manusia disegi pelayanan kesehatan.
Manusia
adalah faktor kunci keberhasilan dari suatu pembangunan. Untuk menciptakan
manusia yang berkualitas diperlukan suatu derajat kesehatan manusia yang prima
sehingga dalam hal ini mutlak diperlukan pembangunan kesehatan. Dalam
rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, berbagai upaya
kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya kesehatan tersebut
adalah pelayanan kesehatan melalui puskesmas, dan rumah sakit sebagai rujukan,
dimana merupakan sistem pelayanan kesehatan yang dianut dan dikembangkan dalam
Sistem Kesehatan Nasional dengan melibatkan peran serta masyarakat (Effendy.N.
1995).
Fasilitas
kesehatan yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah Puskesmas. Puskesmas
adalah salah satu instansi pemerintah yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, dituntut
untuk meningkatkan kualitas kinerja dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Pelayanan yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan
masyarakat serta mampu memberikan kepuasan. Kepuasan masyarakat dapat menjadi
bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan menjadi
pendorong setiap unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya (Ratminto,2006).
Untuk memberikan sebuah
layanan yang baik kepada masyarakat khususnya masyarakat yang ingin mendapatkan
jasa pelayanan kesehatan dasar dan konsultasi di bidang kesehatan, maka semua
elemen pendukung di puskesmas harus berupaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan jika puskesmas tidak ingin ditinggalkan oleh masyarakat karena pada
hakekatnya kepuasan terkait dengan peningkatan pelayanan, makin sempurna
pelayanan yang diberikan kepada pasien maka makin tinggi pula tingkat kepuasan
pasien (Wiyono D, 1999).
Kepuasan
pasien terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan suatu
sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan,
meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap
populasi sasaran. Umpan balik dan informasi merupakan elemen yang penting dalam
membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif termasuk kepuasan pelanggan
dan peningkatan kualitas pelayanan.
Berbagai
fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan kesehatan di
Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem pengendali mutu yang
terbaik yang dapat diterapkan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang
kebijakan pemerintah merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu (Jacobalis, 1998).
Dari data Departemen Kesehatan tahun 2012, Indonesia
memiliki 9.133 puskesmas dan khusus untuk provinsi NTT memiliki 342 puskesmas.
Untuk Kabupaten Nagekeo yang terdiri dari 7 kecamatan ini memiliki 7 puskesmas
diantaranya Puskesmas Boawae yang terletak di Kecamatan Boawae, Puskesmas Danga
terletak di Kecamatan Aesesa, Puskesmas Maunori terletak di Kecamatan Keo
Tengah, Puskesmas Nangaroro terletak di Kecamatan Nangaroro, Puskesmas
Mauponggo terletak di Kecamatan Mauponggo, Puskesmas Kaburea terletak di
Kecamatan Wolowae, dan Puskesmas Jawakisa yang terletak di Kecamatan Aesesa
Selatan. Dua puskesmas diantaranya berjenis puskesmas perawatan yaitu Puskesmas
Boawae dan Puskesmas Danga. Lima puskesmas lainnya berjenis puskesmas non
perawatan. Lima puskesmas rawat inap diantaranya yaitu Puskesmas Maunori,
Puskesmas Mauponggo, Puskesmas Boawae, Puskesmas Nangaroro dan Puskesmas Danga.
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Nagekeo 2012
luas wilayah kecamatan Boawae ± 325 km2, memiliki 15 desa, 8
kelurahan dan jumlah penduduk ± 33.888
jiwa. Puskesmas Boawae memiliki tenaga kesehatan diantaranya 2 dokter umum, 1
dokter gigi, 2 sarjana keperawatan, 25 diploma keperawatan, 10 lulusan SPK, 15
kebidanan, 2 sarjana kesehatan masyarakat, 3 analis kesehatan, 2 diploma
sanitasi, 1 diploma farmasi, 1 apoteker, dan 1 diploma gizi. Jumlah kunjungan
rawat jalan ± 19.149 jiwa dan kunjungan rawat inap ± 1.405 jiwa.
Penelitian ini penting dilakukan mengingat belum
pernah dilakukan penelitian sebelumnya dan agar supaya staf-staf puskesmas
dapat mengetahui kendala-kendala apa saja yang menjadi masalah sehingga dapat
dijadikan tolak ukur untuk meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas ini.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepuasan pasien tentang pelayanan di Puskesmas Boawae Kecamatan
Boawae Kabupaten Nagekeo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian dan latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian “Faktor-faktor
apa sajakah yang berhubungan dengan kepuasan pasien tentang pelayanan di
Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo”
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepuasan pasien tentang pelayanan
di Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo.
2.
Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui hubungan sikap petugas kesehatan dengan kepuasan pasien
tentang pelayanan di Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo.
b.
Untuk mengetahui hubungan fasilitas / sarana dengan kepuasan pasien tentang
pelayanan di Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo.
D. Manfaat Penelitian
Hasil
yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat Bagi Tempat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi Puskesmas untuk lebih meningkatkan kualitas dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
2.
Manfaat Bagi Institusi Perguruan Tinggi
Diharapkan
hasil penelitian ini dapat sebagai bahan masukan serta dijadikan referensi bagi
mahasiswa lain dalam penelitian selanjutnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan
Umum tentang puskesmas
1. Pengertian
Puskesmas
Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan
dasar pusat kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa puskesmas adalah unit
pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
a)
Unit
pelaksana teknis
Sebagai unit pelaksana teknis (UPTD)
dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian
dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
b)
Pembangunan
kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah
penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c)
Pertanggungjawaban
penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan
seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas
kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya untuk
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
d)
Wilayah
kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja
puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat
lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau
RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
2. Tujuan
puskesmas
Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal
di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010 ( Depkes RI, 2006 ).
3. Fungsi puskesmas
Ada tiga fungsi puskesmas, yaitu:
a) Pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia
usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan
b)
Pusat
pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya,
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
c)
Pusat
pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
ĂĽ Pelayanan kesehatan
perorangan
Adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
ĂĽ Pelayanan kesehatan
masyarakat
Adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
4. Kedudukan
puskesmas
Kedudukan
Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan SKN (sistem kesehatan
nasional), sistem kesehatan kabupaten/kota, dan sistem pemerintahan daerah:
a)
Sistem
kesehatan nasional
Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan nasional
adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya.
b)
Sistem
kesehatan kabupaten/kota
Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota
adalah sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
c)
Sistem
pemerintahan daerah
Kedudukan puskesmas dalam system pemerintahan daerah
adalah sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di
tingkat kecamatan.
d)
Antar
sarana pelayanan kesehatan strata petama
Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi
pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan
swasta seperti praktek dokter, praktek bidan, praktek dokter gigi, poliklinik
dan balai kesehatan masyarakat.
5. Visi
dan misi
a) Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat
yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yakni:
lingkungan
sehat
Perilaku
sehat
Cakupan
pelayanan kesehatan yang bermutu
Derajat
kesehatan penduduk kecamatan
b) Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut
adalah:
Menggerakkan
pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
Mendorong
kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya
Memelihara
dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan
Memelihara
dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
B. Tinjauan
umum tentang petugas kesehatan
1. Dokter
Secara
operasional definisi dokter adalah seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat
kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah
kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan
usia dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin secara menyeluruh,
berkesinambungan dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan professional
kesehatan lainnya dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efesien
serta menjunjung tinggi tanggung jawab professional, etika dan moral
(Lestari.C.I, 2008).
Tugas
seorang dokter adalah:
melakukan
pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa penyakit pasien secara cepat dan
memberikan terapi secara cepat dan tepat untuk kesembuhan pasien
bertindak
sebagai mitra, penasehat dan konsultan bagi pasiennya
memberikan
nasehat untuk perawatan dan pemeliharaan sebagai pencegahan sakit (Lestari.C.I,
2008).
2. Bidan
Bidan
adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi
untuk didaftar atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan
(Erlina, 2008).
Pengertian
bidan menurut International Confederation Of Midwifes (ICM) adalah salah satu
tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam
penurunan AKI dan AKB (Erlina, 2008).
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan
pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga
dan masyarakat. Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan,
berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya (Erlina,
2008).
3. Perawat
Perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik didalam maupun luar
negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(KepMenKes, 2001).
Perawat
sebagai tenaga professional bertanggung jawab dan berwenang memberikan
pelayanan keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain sesuai dengan kewenangannya, terutama terkait dengan lingkup praktik
keperawatan dan wewenang perawat (KepMenKes, 2001).
Perawat
adalah seorang profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan
kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan pada berbagai jenjang
pelayanan keperawatan (Kusnanto, 2004).
Peran
perawat merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran
perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar
professi keperawatan dan bersifat konstan (Depkes, 1998).
Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan yang harus
dilaksanakan sesuai dengan perannya, fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain. Ruang lingkup dan fungsi keperawatan semakin berkembang
dengan fokus manusia sebagai sentral pelayanan keperawatan. Bentuk asuhan yang
menyeluruh dan utuh, dilandasi keyakinan tentang manusia sebagai mahluk
bio-psiko-sosial-spiritual yang unik dan utuh (Koizer, 1991).
C. Tinjauan
umum tentang kepuasan
1. Defenisi
kepuasan
Menurut Kamus Bahasa
Indonesia kepuasan adalah puas; merasa senang; (hal yang bersifat puas,
kesenangan, kelegaan dan sebagainya).
Menurut Oliver (dalam Supranto, 2001)
mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya.
Kepuasan
dibagi dua macam, yaitu:
Kepuasan
Fungsional
Merupakan
kepuasan yang diperoleh dari fungsi suatu produk yang dimanfaatkan.
Kepuasan
psikologika
Merupakan
kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud dari produk.
Menurut Johns (1984), kepuasan
ditentukan oleh harapan dan persepsi pasien. Selanjutnya, Parasuraman et al. (1985a) mengatakan,”kualitas jasa
telah dikonseptualisasikan sebagai perbedaan antara pasien dan kinerja aktual
dari penyedia jasa (Teori Gap).”
2. Kepuasan
pasien
Menurut Kotler (1997:40) kepuasan pasien
adalah perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan
antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang diharapkannya.
Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan
konsumen setelah membandingkan dengan harapannya (dalam Engel dkk, 1994).
Day dalam Tse dan Wilton menyatakan
bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pasien adalah respon pasien terhadap evaluasi
ketidaksesuaian (disconfirmation) yang
dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual
produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.
Kepuasan pasien merupakan perbandingan
antara harapan yang dimiliki oleh pasien dengan kenyataan yang diterima oleh pasien
pada saat mengkonsumsi produk atau jasa.
Ada pula yang mendefinisikan kepuasan
pasien sebagai hasil penilaian pasien terhadap apa yang diharapkannya dengan
membeli dan mengonsumsi suatu produk. Harapan itu lantas dibandingkan dengan
persepsinya terhadap kinerja yang diterimanya dengan mengonsumsi produk itu.
Jika harapan lebih tinggi daripada kinerja produk, ia akan merasa tidak puas.
Sebaliknya, jika harapannya sama dengan atau lebih rendah daripada kinerja
produk ia akan merasa puas.
Pasien akan puas jika produk yang
dibeli dan dikonsumsinya berkualitas. Ukuran kualitas dapat bersifat obyektif
ataupun subyektif. Akhir-akhir ini banyak orang yang menggunakan ukuran yang
lebih subjektif yang lebih berorientasi pada persepsi dan sikap daripada
kriteria yang lebih objektif dan konkret. Alasannya, indeks yang objektif tidak
dapat diterapkan untuk menilai kualitas jasa. Selain itu, perusahaan mestinya
lebih tertarik untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif atas persepsi
pelanggan terhadap produk perusahaan. Ukuran yang subjektif dapat mencakup
angket kepuasan untuk menentukan persepsi dan sikap pelanggan mengenai kualitas
produk yang dikonsumsinya.
Dari uraian diatas perlu diketahui
bahwa kepuasan memiliki subjek, yaitu pelanggan, dan objek yaitu produk. Produk
itu dapat berupa barang atau jasa.
Dari berbagai definisi yang
dikemukakan para pakar tersebut, pada dasarnya pengertian kepuasan pasien
mencakup perbedaan antara tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang
dirasakan.
Setiap pasien memiliki standar
pembanding untuk menilai kinerja pelayanan yang diterimanya. Hasil penilaian
tersebut menunjukkan persepsi apakah kebutuhan dan harapan dipenuhi atau tidak,
yang akan menghasilkan kepuasan atau ketidakpuasan. Untuk menentukan kualitas
manajemen dalam pelayanan kesehatan maka yang harus diperhatikan adalah:
Memonitor
harapan dan kepuasan pasien
Mengevaluasi
kebutuhan untuk meningkatkan kualitas dan proses pelaksanaan
Membandingkan
kinerja organisasi sekarang dengan sebelumnya, dengan organisasi lainnya, dan
informasi dari sumber / pustaka.
Mengevaluasi
biaya terhadap pemakaian berbagai jenis teknologi dalam proses
Menganalisa
penggunaan sarana kepada pasien terhadap masalah khusus yang perlu perhatian
serius
Meningkatkan
kelancaran kegiatan dalam organisasi
Mendukung
pengambilan keputusan klinik dan administrasi. (Nursalam, 2007)
3. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepuasan pasien
Dalam mengevaluasi kepuasan
terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor, antara
lain:
a)
Sikap
petugas kesehatan
Dalam
memberikan pelayanan yang bermutu tinggi dan memuaskan pasien, faktor sikap
sangat menentukan, selain bentuk isi (content) mutu barang atau jasa yang
diberikan. Sikap dan perilaku yang baik pertama dalam memberikan pelayanan
menurut De Vriye, et al (Djoko Wijono) adalah:
ĂĽ Self
Esteem
(penghargaan terhadap diri sendiri)
Dengan
pandai menghargai dirinya sendiri seorang petugas kesehatan akan berpikiran dan
bertindak positif terhadap orang lain sehingga pandai menghargai pasien dengan
baik.
ĂĽ Exceed
Expectations
(melampaui harapan)
Memberikan
pelayanan dengan melebihi apa yang diharapkan pasien (mematuhi dan melebihi
standar) secara konsisten.
ĂĽ Recovery (pembenahan)
Ada
keluhan pasien jangan dianggap sebagai suatu beban masalah namun suatu peluang
untuk memperbaiki atau meningkatkan diri.
ĂĽ Vision (visi)
Pelayanan
yang prima berkaitan erat dengan visi organisasi.
ĂĽ Improve (perbaikan atau
peningkatan)
Peningkatan
mutu pelayanan secara terus menerus (continous
improvement) dalam memberikan kepuasan kepada pasien agar tidak
ditinggalkan.
ĂĽ Care (perhatian)
Perhatian
atau perlakuan terhadap pasien dengan baik dan tulus.
ĂĽ Empower (pemberdayaan)
Memberdayakan
agar petugas kesehatan mampu bertanggungjawab dan tanggap terhadap persoalan
dan tugasnya dalam upaya peningkatan pelayanan yang bermutu.
Aspek-aspek
kualitas pelayanan kesehatan ditinjau dari sikap petugas kesehatan adalah
sebagai berikut:
1)
Penerimaan
Meliputi
sikap petugas kesehatan yang selalu ramah, selalu tersenyum, menyapa pasien,
sopan dan santun. Petugas kesehatan perlu memiliki minat terhadap orang lain,
menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial
ekonomi dan budaya. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan
petugas kesehatan harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan
luas.
2)
Perhatian
Meliputi
sikap petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan perlu bersikap sabar, murah
hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien
dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka
terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan
pasien.
3)
Komunikasi
Meliputi
sikap petugas kesehatan yang harus bias melakukan komunikasi yang baik dengan
pasien dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi antara
pasien dengan petugas kesehatan dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga
pasien.
4)
Kerja
sama
Meliputi
sikap petugas kesehatan yang harus mampu melakukan kerja sama yang baik dengan
pasien dan keluarga pasien.
5)
Tanggung
jawab
Meliputi
sikap petugas kesehatan yang jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan waktu
dan perhatian, sportif dalam tugas. (Djoko Wijono, 1999)
Terwujudnya
keadaan sehat adalah keinginan semua pihak tidak hanya untuk perorangan, tetapi
juga oleh keluarga, kelompok bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan
keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya
yang dinilai mempunyai peranan yang cukup penting adalah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. (Azrul Azwar, 1996)
Pelayanan
kesehatan yang dijabarkan Levey dan Loomba (1973) adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit,
serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun
masyarakat. (Azrul Azwar, 1996)
Sesuai
dengan batasan seperti ini, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis kesehatan
yang dapat ditemukan banyak macamnya. Suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik
apabila persyaratan sebagai berikut:
Tersedia
dan berkesinambungan
Pelayanan
kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat,
tidak sulit ditemukan serta selalu ada setiap saat dibutuhkan.
Dapat
diterima dengan wajar
Untuk
dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik maka pengaturan distribusi
sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi
di daerah perkotaan saja dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan,
bukanlah pelayanan yang baik.
Mudah
dijangkau
Keterjangkauan
yang dimaksud adalah dari sudut biaya.
Bermutu
Yaitu
menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
yaitu di satu pihak dapat memuaskan pada pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain
tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
ditetapkan.
b)
Fasilitas/sarana
Secara
umum dalam sebuah institusi kesehatan, sarana itu merupakan salah satu bagian
dari lingkungan kerja yang akan mempengaruhi seseorang. Menurut (Aditama, 2000)
sarana adalah sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan
tujuan. Sarana merupakan aset utama sebuah organisasi dalam rangka pencapaian
tujuan. Dengan adanya sarana yang lengkap, maka tenaga kesehatan akan mudah
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pemberi pelayanan kesehatan
dengan sarana kesehatan yang memadai juga akan mempengaruhi professional kerja tenaga
kesehatan.
Apabila
sarana kurang menunjang maka akan menyebabkan kinerja tenaga kerja juga akan
menurun. Ini disebabkan kurang motivasi kerja yang muncul dari diri tenaga
kerja untuk bekerja dengan baik.
Jadi
sarana kesehatan adalah alat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan. Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan, pada umumnya dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1)
sarana
pemeliharaan kesehatan primer (primary
care)
sarana
pemeliharaan kesehatan primer ini bagi kasus-kasus atau penyakit ringan. Sarana kesehatan ini
adalah sarana yang paling dekat dengan masyarakat. Sarana pelayanan kesehatan
primer disamping melakukan pelayanan kuratif tetapi juga melakukan pelayanan
rehabilitative, preventif dan promotif. (Notoadmodjo, 2003)
2)
sarana
pemeliharaan kesehatan tingkat dua (secondary
care)
sarana
atau pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-penyakit dari
sarana pemeliharaan kesehatan primer. Artinya sarana pelayanan kesehatan ini
menangani kasus-kasus yang tidak atau belum biasa ditangani oleh sarana
kesehatan primer karena peralatan atau keahliannya belum ada.
3)
sarana
pemeliharaan kesehatan tingkat tiga (tertiary
care)
sarana
pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak dapat ditangani oleh
sarana-sarana pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan sekunder.
c)
Sosial
Budaya
Petugas
kesehatan sering mempunyai latar belakang, etnik, budaya, dan agama yang
berbeda dengan klien. Penting artinya bagi petugas kesehatan untuk memahami
bahwa klien mempunyai wawasan pandangan dan interpretasi mengenai penyakit dan
kesehatan yang berbeda, didasarkan pada keyakinan sosial budaya dan agama
klien.
Sehat
dan sakit dapat diinterpretasikan dalam bentuk pengalaman dan harapan pribadi.
Banyak sekali cara untuk menjelaskan sehat dan sakit dan mereka mendasarkan
respon mereka pada budaya, keagamaan, dan latar belakang etnik. Respon ini
bersifat spesifik, budaya, berdasarkan pengalaman dan persepsi klien. (Potter
dan Perry, 2005)
d)
Pendidikan
Tingkat
pendidikan yang cukup merupakan dasar mengembangkan wawasan serta sarana untuk
memudahkan seseorang menerima pengetahuan serta sikap dan perilaku baru.
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti pendidikan itu terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih
matang dari individu, keluarga dan masyarakat. (Notoatmodjo, 2003)
Kegiatan
pendidikan kesehatan juga ditujukan pada tiga faktor:
1)
Pendidikan
kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi
Dalam
hal ini pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan
atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan baik diri sendiri, keluarganya, maupun masyarakatnya. disamping itu
dalam konteks ini pendidikan kesehatan juga memberikan pengertian-pengertian
tentang tradisi, kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan
maupun yang menguntungkan kesehatan.
2)
Pendidikan
kesehatan dalam faktor-faktor “enabling”
Karena
faktor-faktor pemungkin (enabling) ini
merupakan fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan
kesehatannya adalah memberdayakan masyarakat agar mereka mampu menggunakan
sarana dan prasarana kesehatan dengan cuma-cuma tetapi memberikan kemampuan
dengan cara bantuan teknik (pelatihan dan bimbingan), memberikan arahan, dan
cara-cara mencari dana untuk mengadakan sarana dan prasarana. Pemberian
fasilitas ini dimungkinkan hanya percontohan.
3)
Pendidikan
kesehatan dalam faktor “reenforcing”
Karena
faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh agama,
serta petugas termasuk petugas kesehatan, maka pendidikan kesehatan yang paling
tepat adalah dalam bentuk pelatihan-pelatihan bagi tokoh agama, tokoh
masyarakat dan petugas kesehatan sendiri. Tujuan utama dari pelatihan ini agar
sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan.
Pendidikan
dapat disimpulkan sebagai proses pengembangan kepribadian dan intelektual
seseorang yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggungjawab serta
tergantung pada sasaran pendidik, maka dalam meningkatkan upaya kesehatan
pendidikan dasarnya adalah mengubah perilaku dari segi social ekonomi.
(Notoatmodjo, 2003)
e)
Ekonomi
Secara
umum masyarakat semakin meyakini bahwa semua orang mempunyai hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, tanpa memandang faktor budaya, ekonomi, atau
faktor-faktor lainnya. Kualitas pelayanan harus menjadi sebuah hak yang sama
untuk seluruh klien. Untuk menghadapi penghematan biaya dan sumber yang
sedikit, maka kualitas pelayanan kesehatan harus lebih baik. Selain itu,
sebagai usaha untuk mengurangi biaya perawatan, maka pelaksana pelayanan
kesehatan yang tidak memiliki ijin dan bergaji lebih rendah dipekerjakan di
tempat pelayanan kesehatan. (Potter dan Perry, 2005)
Mendapatkan
produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau
tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, cenderung puas terhadap
jasa pelayanan tersebut. (Setyo Purwanto, 2007)
D. Kerangka Konsep dan
Defenisi Operasional
1.
Kerangka
Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan
secara sistematis, maka diketahui beberapa variabel yang berhubungan dengan
kepuasan pasien terhadap pelayanan, baik itu yang berhubungan langsung maupun
yang tidak berhubungan langsung, seperti sikap petugas kesehatan, dan fasilitas
/ sarana puskesmas yang tersedia.
1) Sikap
Petugas Kesehatan
Dalam memberikan suatu
pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, faktor sikap dari para petugas
kesehatan sangat mendukung dalam hal memuaskan pasien.
2) Fasilitas
/ Sarana
Dalam sebuah institusi
kesehatan, sarana merupakan salah satu bagian dari lingkungan kerja yang
dipakai dalam mencapai tujuan dan dengan adanya sarana yang lengkap, maka
petugas kesehatan akan lebih mudah dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Variabel Independen Variabel
Dependen
Sikap
Petugas Kesehatan
|
Kepuasan
Pasien tentang Pelayanan
|
Fasilitas
/ Sarana
|
Sosial
Budaya
|
Pendidikan
|
Ekonomi
|
rangan:
: Variabel Independen
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel Dependen
2. Defenisi Operasional
1) Kepuasan
Pasien
Segala perasaan senang atau kecewa pasien terhadap bentuk
pelayanan kesehatan yang dirasakannya.
Kriteria objektif
1.
Puas:
Jika total skor yang dicapai oleh responden melalui pertanyaan ≥ 9
2.
Tidak
puas: Jika total skor yang dicapai oleh responden melalui pertanyaan < 9
2) Sikap
petugas kesehatan
Penampilan dan
sikap petugas kesehatan yang ramah, sopan, sabar, jujur, bertanggungjawab, dan
bekerja sama yang baik dengan pasien dalam melakukan pelayanan kesehatan.
Kriteria
objektif
1.
Baik:
Jika total skor yang dicapai oleh responden melalui pertanyaan ≥ 9
2.
Kurang
baik: Jika total skor yang dicapai oleh responden melalui pertanyaan < 9
3) Fasilitas
/ Sarana
Segala macam
peralatan, kelengkapan dan benda-benda yang dibutuhkan untuk memudahkan dan
mendukung setiap tindakan pelayanan kesehatan.
Kriteria
objektif
1.
Lengkap:
Jika total skor yang dicapai oleh responden melalui pertanyaan ≥ 9
2.
Kurang
lengkap: Jika total skor yang dicapai oleh responden melalui pertanyaan < 9
E. Hipotesis
Hipotesis Alternatif ( Ha )
a)
Ada
hubungan sikap petugas kesehatan dengan kepuasan pasien tentang pelayanan di
Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo.
b)
Ada
hubungan fasilitas / sarana dengan kepuasan pasien tentang pelayanan di
Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan/ Desain Penelitian
Desain penelitian
yang digunakan adalah deskriptif dengan metode cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu penelitian
atau observasi data variabel independen dan dependen. Pengukuran dilakukan pada
saat bersamaan dan pada sampel yang respresentative untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien tentang pelayanan di
Puskesmas.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dimaksud
disini adalah tempat dimana akan melakukan penelitian. Lokasi penelitian adalah
di Puskesmas Boawae. Alasan peneliti memilih tempat ini dipertimbangkan atas
dasar masukan dari berbagai pihak dan belum pernah diadakan penelitian di
tempat ini mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepuasan pasien tentang pelayanan di Puskesmas Boawae Kecamatan
Boawae Kabupaten Nagekeo.
2.
Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal
26 Juli sampai 9 Agustus 2013.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua pasien yang datang di Puskesmas Boawae. Jumlah populasi bulan
Januari - Juni 2013 ± 2495 orang.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmojo, 2005). Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan case accidental sampling, yaitu sampel
yang diteliti kebetulan ada ditempat penelitian pada saat penelitian
berlangsung. (Nursalam, 2003). Banyaknya sampel dalam penelitian ini berjumlah
40 orang.
D. Instrument Pengumpulan Data
Peneliti
mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner sebagai teknik utama untuk
mengumpulkan data kepuasan pasien tentang pelayanan di Puskesmas Boawae dengan
memberikan pertanyaan kepada responden sebanyak 18 item yang menggunakan skala
Guttman. Untuk setiap sub variabel yakni: sikap petugas kesehatan 6 item pertanyaan,
fasilitas/sarana 6 item pertanyaan, dan kepuasan pasien 6 item pertanyaan, ditentukan
dengan ketentuan skor sebagai berikut: sangat baik skor = 2 dan kurang baik
skor = 1. Kemudian nilai tertinggi dan terendah dijumlahkan atau dibagi untuk
mencari nilai rata-rata dan hasilnya menunjukkan kepuasan pasien.
E. Pengelolaan Data
1.
Editing
Dilakukan setelah data terkumpul
untuk memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data dan memeriksa keseragaman
data.
2.
Koding
Koding dilakukan untuk memudahkan
pengolahan data yaitu memberikan simbol-simbol dari setiap jawaban yang
diberikan oleh responden.
3.
Tabulasi
Mengelompokkan data kedalam suatu
tabel yang memuat sifat masing-masing variabel sesuai dengan tujuan penelitian.
F. Analisa Data
Setelah data diolah kemudian di analisa dengan
menggunakan bantuan computer yaitu dengan program SPSS 16,0.
1.
Analisa Univariat
Dilakukan terhadap tiap-tiap
variabel penelitian untuk melihat tampilan distribusi frekuensi dan presentase
dari tiap-tiap variabel independen.
2.
Analisa Bivariat
Dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji statistic
Chi-Square (X2) dengan nilai kemaknaan (α ≤ 0,05). Dari hasil uji statistik
tersebut dapat diketahui dengan tingkat signifikasi hubungan antara kedua
variabel tersebut.
G. Etika Penelitian
Dalam melakukan
etika penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak lain
dengan mengajukan permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian dalam hal
ini Puskesmas Boawae. Setelah memperoleh ijin dari instansi tersebut,
penelitian dilakukan dengan menekankan masalah etika meliputi:
1.
Informed Consent
Lembaran persetujuan diberikan
kepada setiap calon responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.
Bila calon responden menolak, maka peneliti tidak dapat memeriksa dan tetap
menghormati hak-hak yang bersangkutan.
2.
Anonymity ( Tanpa Nama )
Untuk menjaga kerahasiaan,
peneliti tidak akan mencantumkan nama responden tetapi lembar tersebut
diberikan kode.
3.
Kerahasiaan ( Confidentiality )
Kerahasiaan informasi responden
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
sebagai hasil penelitian.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Poli Umum Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten
Nagekeo. Pengumpulan data dimulai pada tanggal 26 Juli sampai
9 Agustus 2013. Banyaknya sampel yang diperoleh dari hasil penelitian
berjumlah 40 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu case accidental sampling.
Adapun hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dengan menggunakan analisis univariat dan analisis
bivariat yang diolah menggunakan program SSPS 16,0:
1. Data
Demografi
a.
Berdasarkan
Jenis Kelamin
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Persentase ( % )
|
Laki-laki
|
14
|
35,0
|
Perempuan
|
26
|
65,0
|
Total
|
40
|
100
|
Sumber:
Hasil Pengolahan Data Primer Juli 2013
Berdasarkan
tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah tertinggi dari 40 responden adalah yang
berjenis kelamin perempuan dimana jumlahnya 26 orang (65,0%).
b.
Berdasarkan
Umur
Tabel
2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur
|
Jumlah
|
Persentase ( % )
|
20 - 29
|
10
|
25,0
|
30 – 39
|
13
|
32,5
|
40 – 49
|
10
|
25,0
|
50 – 59
|
5
|
12,5
|
60 – 69
|
2
|
5,0
|
Total
|
40
|
100
|
Sumber:
Hasil Pengolahan Data Primer Juli 2013
Berdasarkan
tabel 2 diketahui bahwa jumlah tertinggi dari 40 responden adalah yang berumur
30 – 39 tahun dimana jumlahnya 13 orang (32,5%) dan jumlah terendah adalah yang
berumur 60 – 69 tahun dimana jumlahnya hanya 2 orang (5,0%).
c.
Berdasarkan
Pendidikan
Tabel
3. Distribusi Responden Berdasarkan
Pendidikan
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah
|
Persentase ( % )
|
SD
|
11
|
27,5
|
SMP
|
3
|
7,5
|
SMA
|
17
|
42,5
|
PT
|
9
|
22,5
|
Total
|
40
|
100
|
Sumber:
Hasil Pengolahan Data Primer Juli 2013
Berdasarkan
tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah tertinggi dari 40 responden adalah yang
berpendidikan SMA dimana jumlahnya 17 orang (42,5%) dan jumlah terendah adalah
yang berpendidikan SMP dimana jumlahnya hanya 3 orang (7,5%).
d.
Berdasarkan
Pekerjaan
Tabel
4. Distribusi Responden Berdasarkan
Pekerjaan
Kriteria
|
Jumlah
|
Persentase ( % )
|
PNS
|
6
|
15,0
|
Swasta
|
8
|
20,0
|
Petani
|
20
|
50,0
|
Pelajar
|
3
|
7,5
|
Lain-lain
|
3
|
7,5
|
Total
|
40
|
100
|
Sumber:
Hasil Pengolahan Data Primer Juli 2013
Berdasarkan
tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah tertinggi dari 40 responden adalah yang bekerja sebagai petani dimana
jumlahnya 20 orang (50,0%) dan jumlah terendah adalah pelajar dan lain-lain
dimana jumlahnya masing-masing adalah 3
orang (7,5%).
2.
Analisis
Univariat
a.
Kepuasan
Pasien
Tabel
5. Distribusi Responden Menurut Kepuasan
Pasien tentang pelayanan di Puskesmas
Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo
Kriteria
|
Jumlah
|
Persentase ( % )
|
Puas
|
39
|
97,5
|
Tidak Puas
|
1
|
2,5
|
Total
|
40
|
100
|
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Juli 2013
Berdasarkan
tabel 5 menunjukkan bahwa dari 40 responden pada umumnya merasa puas dimana
jumlahnya 39 orang (97,5%) dan hanya 1 orang (2,5%) yang merasa tidak puas.
b.
Sikap
Petugas Kesehatan
Tabel
6. Distribusi Responden Menurut Sikap
Petugas Kesehatan di Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo
Kriteria
|
Jumlah
|
Persentase ( % )
|
Baik
|
38
|
95,0
|
Kurang Baik
|
2
|
5,0
|
Total
|
40
|
100
|
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Juli 2013
Berdasarkan
tabel 6 menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 40 orang, pada umumnya
sikap petugasnya baik dimana ada 38 orang (95,0%) merasa sikap petugas
kesehatan baik dan hanya 2 orang (5,0%) merasa sikap petugas kesehatan kurang
baik.
c.
Fasilitas/Sarana
Tabel
7. Distribusi Responden Menurut
Fasilitas/Sarana di Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo
Kriteria
|
Jumlah
|
Persentase ( % )
|
Lengkap
|
35
|
87,5
|
Kurang Lengkap
|
5
|
12,5
|
Total
|
40
|
100
|
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Juli 2013
Berdasarkan
tabel 7 menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 40 orang, pada umumnya
fasilitas/sarana lengkap dimana ada 35 orang (87,5%) merasa fasilitas/sarana
puskesmas sudah lengkap dan hanya 5 orang (12,5%) merasa fasilitas/sarana
puskesmas kurang lengkap.
3.
Analisis
Bivariat
a.
Hubungan
antara Sikap Petugas Kesehatan dengan Kepuasan Pasien
Tabel
8. Hubungan Sikap Petugas Kesehatan
dengan Kepuasan Pasien tentang
pelayanan di Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo
Sikap Petugas Kesehatan
|
Kepuasan Pasien
|
Jumlah
|
X2
Ď·
|
||||
Puas
|
Tidak Puas
|
||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
n
|
%
|
||
Baik
|
38
|
95,0
|
0
|
0
|
38
|
95,0
|
19.487
( 0,05 )
|
Kurang Baik
|
1
|
2,5
|
1
|
2,5
|
2
|
5,0
|
|
Jumlah
|
39
|
97,5
|
1
|
2,5
|
40
|
100
|
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Juli
2013
Berdasarkan
tabel 8 diperoleh hasil penelitian dari 40 responden yang puas dengan sikap petugas
kesehatan yang baik sebanyak 38 orang (95%)
sedangkan responden yang puas dengan sikap petugas kesehatan yang kurang baik
sebanyak 1 orang (2,5%). Tidak ada responden yang tidak puas dengan sikap
petugas kesehatan yang baik (0%) sedangkan responden yang tidak puas dengan
sikap petugas kesehatan yang kurang baik
sebanyak 1 orang (2,5%).
Dari
hasil Uji Chi Square diperoleh X2 = 19.487, df = 1 dan p = 0,05.
Karena p ≤ 0,05, hal ini berarti ada hubungan antara sikap petugas kesehatan
dengan kepuasan pasien.
b.
Hubungan
antara Fasilitas/Sarana dengan Kepuasan Pasien
Tabel
9. Hubungan Fasilitas/Sarana dengan
Kepuasan Pasien tentang pelayanan di Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae
Kabupaten Nagekeo
Fasilitas/Sarana
|
Kepuasan Pasien
|
Jumlah
|
X2
Ď·
|
||||
Puas
|
Tidak Puas
|
||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
n
|
%
|
||
Lengkap
|
35
|
87,5
|
0
|
0
|
35
|
87,5
|
7.179
( 0,125 )
|
Kurang Lengkap
|
4
|
10,0
|
1
|
2,5
|
5
|
12,5
|
|
Jumlah
|
39
|
97,5
|
1
|
2,5
|
40
|
100
|
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Juli
2013
Berdasarkan
tabel 9 diperoleh hasil penelitian dari 40 responden yang puas dengan
fasilitas/sarana yang lengkap sebanyak 35 orang (87,5%) sedangkan responden
yang puas dengan fasilitas/sarana yang kurang lengkap sebanyak 4 orang (10,0%).
Tidak ada responden yang tidak puas dengan fasilitas/sarana yang lengkap (0%)
sedangkan responden yang tidak puas dengan fasilitas/sarana yang kurang lengkap
sebanyak 1 orang (2,5%).
Dari
hasil Uji Chi Square diperoleh X2 = 7.179, df = 1 dan p = 0,125. Karena
p > 0,05, hal ini berarti tidak ada hubungan antara fasilitas/sarana dengan
kepuasan pasien.
B.
Pembahasan
1. Hubungan
Sikap Petugas Kesehatan dengan Kepuasan Pasien
Dari hasil penelitian sebanyak 40 responden
diperoleh bahwa sebagian besar sikap
petugas kesehatan baik dimana 38 responden (95%) menyatakan baik dan mereka
merasa puas dan hanya 2 responden (5,0%) yang menyatakan kurang baik. Salah
satu responden menyatakan sikap petugas kesehatan kurang baik karena petugas
kesehatan sering berkomunikasi dengan bahasa yang tidak mudah dimengerti dan
sering tidak menjelaskan tujuan serta manfaat sebelum melakukan tindakan tetapi
ia tetap merasa puas karena ia bebas menyampaikan keluhannya, petugas kesehatan
memeriksanya dengan baik, fasilitasnya lengkap dan ia pun merasa nyaman berada
di puskesmas. Kemudian responden yang satunya lagi menyatakan kurang baik dan
ia tidak puas karena petugas kesehatan sering tidak bertanggung jawab dalam
tugas, sering tidak menjelaskan penyakit yang dideritanya, dan ia tidak nyaman
berada di puskesmas.
Sikap
dan perilaku yang baik pertama dalam memberikan pelayanan menurut De Vriye, et
al (Djoko Wijono) adalah: Self Esteem
(penghargaan terhadap diri sendiri), Exceed
Expectations (melampaui harapan), Recovery
(pembenahan), Vision (visi), Improve (perbaikan atau peningkatan), Care (perhatian), dan Empower (pemberdayaan).
Adapun
aspek-aspek kualitas pelayanan kesehatan ditinjau dari sikap petugas kesehatan adalah
penerimaan, perhatian, komunikasi, kerja sama, dan tanggung jawab.
Dari
hasil Uji Chi Square diperoleh p = 0,05. Karena p ≤ 0,05, hal ini berarti ada
hubungan antara sikap petugas kesehatan dengan kepuasan pasien.
Berdasarkan
hasil analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa semakin baik sikap petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien maka pasien akan semakin
merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Begitupun sebaliknya, semakin
kurang baik sikap petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien maka pasien pun akan semakin merasa tidak puas dengan pelayanan itu.
2. Hubungan
Fasilitas/Sarana dengan Kepuasan Pasien
Dari hasil penelitian sebanyak 40 responden
diperoleh bahwa umumnya fasilitas/sarana kesehatan sudah lengkap dimana
sebanyak 35 responden (87,5%) menyatakan lengkap dan mereka merasa puas dan
hanya 5 responden (12,5%) yang menyatakan kurang lengkap. Salah satu dari 5
responden ini menyatakan fasilitas kurang lengkap dan merasa tidak puas karena
masih kurangnya persediaan kursi, meja, tempat sampah, dan kran air untuk mencuci tangan.
Kemudian 4 responden lainnya menyatakan fasilitas kurang lengkap karena masih
kurangnya persediaan kursi, meja, kran air dan ruang tunggu tetapi mereka tetap
merasa puas karena mereka nyaman berada di puskesmas dan petugas kesehatan
memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada mereka.
Menurut (Aditama, 2000)
fasilitas/sarana adalah sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud
dan tujuan. Sarana merupakan aset utama sebuah organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan. Dengan adanya sarana yang lengkap, maka tenaga kesehatan
akan mudah untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pemberi pelayanan
kesehatan dengan sarana kesehatan yang memadai juga akan mempengaruhi
professional kerja tenaga kesehatan.
Apabila sarana kurang menunjang maka
akan menyebabkan kinerja tenaga kerja juga akan menurun. Ini disebabkan kurang
motivasi kerja yang muncul dari diri tenaga kerja untuk bekerja dengan baik.
Jadi sarana kesehatan adalah alat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, pada umumnya dibedakan menjadi tiga, yaitu: sarana
pemeliharaan kesehatan primer (primary
care), sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua (secondary care), dan sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga (tertiary care).
Dari
hasil Uji Chi Square diperoleh p = 0,125. Karena p > 0,05, hal ini berarti tidak
ada hubungan antara fasilitas/sarana dengan kepuasan pasien.
Berdasarkan
hasil analisis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa walaupun semakin lengkap
fasilitas/sarana kesehatan yang digunakan di puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien namun pasien tidak akan semakin merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan.
C.
Keterbatasan
Penelitian
Beberapa
keterbatasan yang dirasakan peneliti selama melaksanakan penelitian adalah
sebagai berikut :
1.
Penelitian tidak melakukan evaluasi secara mendalam yang
mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian.
2.
Keterbatasan waktu dan tenaga menyebabkan hasil penelitian belum
mendapatkan hasil yang maksimal.
3.
Kemampuan
peneliti masih sangat terbatas dalam bidang ilmu dan metodologi penelitian ( peneliti
pemula ) yang memungkinkan banyak kekurangan dalam penulisan dan hasil
penelitian.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian
tentang “faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepuasan pasien tentang pelayanan di Puskesmas Boawae
Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo“, yang telah
dilakukan pada tanggal 26 Juli sampai 9 Agustus 2013, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Ada hubungan sikap petugas kesehatan dengan kepuasan
pasien tentang pelayanan di Puskesmas Boawae Kecamatan Boawae Kabupaten
Nagekeo.
2. Tidak
ada hubungan fasilitas
/ sarana dengan kepuasan pasien tentang pelayanan di Puskesmas Boawae Kecamatan
Boawae Kabupaten Nagekeo.
B. Saran
Berdasarkan
hasil penelitian,
penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1.
Bagi petugas kesehatan
Sebaiknya tetap mempertahankan sikap yang sudah baik dalam memberikan
pelayanan kesehatan dan lebih ditingkatkan lagi.
2.
Bagi puskesmas
Sebaiknya lebih dilengkapkan lagi fasilitas/sarana yang masih kurang
agar kegiatan pelayanan kesehatan menjadi semakin baik.
ini sangat membantu.. Thanks..
BalasHapus